Belajar di Internet, Pemuda Karawang Sukses Jual Briket Tempurung Kelapa hingga Eropa dan Timur Tengah

 Belajar di Internet, Pemuda Karawang Sukses Jual Briket Tempurung Kelapa hingga Eropa dan Timur Tengah

Adi Gunardi (31), pemuda asal Desa Sukapura, Kecamatan Rawamerta, Karawang, Jawa Barat, membuat perubahan arang batok kelapa menjadi briket. Briket organik buatannya itu diekspor ke negara-negara di Eropa dan Timur Tengah. Empat tahun lalu, Adi memutuskan keluar berasal dari pekerjaannya sebagai relationship officer (RO) di bank. Ia memberanikan diri berwirausaha. Baca juga: Gagal Masuk Akpol sebab Disebut Positif Corona, Anggie Daftar ke UI Setelah sebagian kali menjadi distributor bahan karbon aktif untuk keliru satu perusahaan di Karawang, ia memutuskan sebabkan briket organik berasal dari arang tempurung kelapa. Menurut Adi, usaha yang dia lakukan cuma bermodalkan kepercayaan. Belajar di internet Adi kemudian mendatangi website Indotrading. Dalam start up buatan Jakarta Founder Institute ini, Adi menemukan perusahaan Jerman yang melacak briket organik.  

"Saya kemudian memberanikan diri mengajukan product dan menjualnya," ujar Adi kepada Kompas.com, Rabu (2/9/2020).  Baca juga: Relawan Tidak Tahu Apakah Disuntik Vaksin Covid-19 atau Plasebo Layaknya milenial pada umumnya, Adi berselancar di internet, melacak sadar langkah sebabkan briket organik berikut sebabkan mesinnya. Ia berdiskusi dengan kawan-kawannya yang menjadi mekanik perihal bagaimana sebabkan mesin pembuat briket. Perjalanannya bertekun usaha itu tak mulus. Beberapa kali produknya ditolak. Alasannya, sebab kualitasnya tak sesuai dengan permohonan konsumen. Ia nyaris saja menyerah Fungsi Briket didalam Kelebihan & Kegunaannya Sebagai Bahan Bakar Mura

Namun melihat pekerja dan ibu-ibu yang membantunya mengemas briket, Adi tergugah. Ia bergegas memperbaiki produknya. Perlahan ia membenahi kualitas dan jadi besar kapasitas produksi. "Saat itu, para mekanik di Rawamerta menunjang saya dan sebabkan mesin secara otodidak. Hasilnya lumayan, kuantitas memproduksi pun bertambah," ungkap Adi. Setelah empat tahun sebabkan briket, didalam seminggu Adi dan timnya dapat memproduksi 20 ton briket. Padahal, saat ia mengawali usahanya, Adi cuma dapat sebabkan 3 kuintal sehari.

Briket buatan pemuda kelahiran Karawang itu tidak sama dengan briket buatan China yang beredar di pasaran. Adi bercerita, briket arang kelapa buatannya tanpa campuran bahan kimia. Setelah diayak dan ditumbuk dengan mesin, arang dicampur tepung tapioka sebagai bahan perekat dan dipanaskan. Briket kemudian dicetak dan dipotong dadu. Briket organik tak berbau, tidak terlalu berasap dan ramah debu. "Saat dibakar dengan api, satu buah briket organik ini dapat tahan satu 1/2 jam," ucap dia. Baca juga: Kasus Corona di Kepri Sudah Sporadis dan Tidak Terlacak Dari Eropa hingga Timur Tengah Briket organik buatan Adi diminati pasar luar negeri MANFAAT BRIKET ARANG DAN CARA PEMBUATAN BRIKET 

Salah satunya Jerman yang mempunyai standar tinggi. Biasanya, menurut Adi, briket yang masuk standar negara itu akan enteng di terima negara lain. Alhasil, briket buatan Adi juga diminati pasar Timur Tengah. Di negara-negara Arab, briket digunakan untuk bahan bakar shisa atau hookah dengan sebutan lain rokok Arab. Sedangkan di Eropa, briket sering digunakan menjadi bahan bakar barbeque. Omzetnya capai kira-kira 20.000 dollar AS per bulan atau sekira Rp 292 juta menurut kurs saat ini.  Pasar briket di Timur Tengah dan Eropa cukup luas. Sebab, menurut survei, satu keluarga di negara Timur Tengah memerlukan 4 kilogram briket per hari. Sementara di Eropa, tidak cuman untuk memasak, briket juga dibutuhkan untuk penghangat ruangan. Selain pasar luar negeri, sejumlah kafe didalam negeri, andaikata di Purwakarta dan Bandung juga memesan briket buatannya.

Dampak saat pandemi Ketekunan Adi rupanya kepada berkontribusi ke perekonomian warga sekitar. Ia mempekerjakan 36 pemuda dan puluhan ibu-ibu untuk sebabkan dan mengemas briket. Adi menyebut, pandemi Covid-19 tak sebabkan permohonan briket di pasar internasional menurun. Permintaan justru bertambah bersamaan imbauan tinggal di rumah sepanjang pandemi. Hanya saja, kendalanya kekurangan bahan baku. Setelah pandemi, komoditas kelapa lebih banyak diekspor mentah, tanpa diolah. Akibatnya, batok kelapa sebagai bahan baku briket langka. "Bahan susah, paling tersedia 1 hingga 10 ton best briquettes for smoking ,"

 ujar Adi. Adi pun meminta pemerintah lebih jeli soal kebijakan ekspor bahan mentah, terlebih kelapa bulat. Sebab, sejumlah negara seperti China, Malaysia dan Vietnam jadi membeli banyak bahan baku kelapa. Padahal, Indonesia merupakan negara penghasil kelapa terbesar di dunia.  Namun, akhir-akhir ini berhembus isu soal kelangkaan kelapa sebab diserbu eksportir. Menurut Adi, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) lokal yang memproduksi product turunan kelapa seperti briket sempat kesulitan bahan baku.  Akibat kelangkaan itu, harga arang tempurung kelapa pun naik menjadi Rp 7.000 per kilogram. Padahal, sebagian bulan selanjutnya harganya Rp 6.000 per kilogram. Akibatnya, memproduksi briket pun menurun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengoptimalkan Potensi Belajar Bahasa Inggris Melalui Program Ikut Bimble di Desa Inggris

Menggali Potensi Wisata Bali melalui Layanan Travel Agent Terkemuka

Pentingnya Penggunaan Teknologi Terkini dalam Layanan Jasa Survey Pemetaan Topografi